Senin, 01 Desember 2014

Cerpen Persahabatan

Persahabatan yang Berawal dari Permusuhan

Sahabat selalu ada disaat kita membutuhkannya, menemani kita disaat kita kesepian, ikut tersenyum disaat kita bahagia, bahkan rela mengalah padahal hati kecilnya menangis. Kita tak pernah tau kapan dan melalui peristiwa apa kita bisa menemukan seorang sahabat. Mungkin ada persahabatan yang berawal dari perkelahian.
Kring… kring… kring, si penunjuk waktu kembali membangunkan Lulu. Lulu pun bergegas untuk bangun, merapikan tempat tidur dan mandi.
“I feel good…!” Lulu bernyanyi nyaring di dalam kamar mandi. Untuk memuaskan keinginan Lulu yang tak kesampaian menjadi seorang penyanyi terkenal.
Setelah selesai mandi, Lulu memakai seragam dengan rapi dan menyisir rambut. Saat sedang asik menyisir rambut, tiba-tiba terdengar suatu suara dari arah dapur.
“Jangan berlama-lama sisirannya! Ayo cepat kamu sarapan!” Ternyata itu adalah suara makhluk yang paling cerewet di bumi ini, namun makhluk itu sangat Lulu sayangi. Itulah mama  Lulu. Tak terbayang oleh Lulu saat dalam kandungan, mamanya selalu mambawa Lulu kemana-mana, tak pernah Lulu ditinggalkan mamanya.
Tiba di dapur, Lulu melihat makanan favoritnya terhidang di meja makan, yaitu gulai ayam.
“Nyam-nyam, enak banget gulai ayamnya ma. Jika ada kontes masak-memasak gulai, mama pasti menang.” puji Lulu kepada mamanya sambil melahap makanan yang ada dihadapannya.
“Hahahaha… bisa saja kamu ini.” Jawab mamanya sambil tersenyum simpul kepada lulu
Waktu telah menunjukkan pukul 06.30 Wib, saatnya untuk berangkat ke sekolah. Tak lupa Lulu membawa topi upacara dan memasukkannya ke dalam tas, karena saat ini adalah hari senin. Namun baru saja mau melangkah keluar rumah, ada suara itu lagi terdengar (suara mama).
“Eits..! jangan langsung pergi, pamitan dulu pada mama.” ucap mamanya dengan tegas ambil menjulurkan tangan kanannya.
“Oh iya, aku lupa.” Lulu pun menyalam tangan mama dan berpamitan untuk berangkat sekolah.
“Hati-hati di jalan ya, nak.” seru mamanya dari depan pintu rumah.
“Iya ma.” jawab Lulu
Lulu menulusuri jalan dengan seorang diri. Sambil berjalan Lulu bernyanyi dengan sendu (dengan sedikit mengubah kata-kata dari lagu itu, agar nyanyian itu sama seperti pengalamannya). “Makan-makan sendiri, cuci piring sendiri, ke sekolah jalan sendiri, pulangnya juga sendiri”
Setelah lama berjalan, akhirnya Lulu sampai di sekolah.
“Huh… capek.” Lulu menarik nafas panjang sambil menghempaskan badannya ke bangku. Saat lagi enak duduk di dalam kelas sambil mengobrol dengan teman-taman, tiba-tiba… “Teng… teng… teng” terdengar bunyi bel masuk.
“Huh… bunyi itu kembali terdengar” ujar Lulu dalam hati sambil mengerutkan dahi. Lalu mengambil topi upacara dari dalam tas dan segera mengenakannya.
Saat di lapangan upacara Lulu berbaris di sebelah kanan Wulan dan di belakang Ani. Upacara pun berjalan dengan hikmat, namun saat dipertengahan, Lulu mencium bau busuk dari arah depannya. Karena yang berbaris di depan Lulu adalah Ani, maka Lulu mengira bahwa dialah yang berbau busuk. Tanpa pikir panjang, Lulu langsung menyindirnya dengan pedas.
“Teman-teman, sepertinya ada sesuatu yang mengganggu pernafasanku. Seperti bau busuk makanan basi, sumbernya berasal tepat dari arah depanku. Mungkin ada seseorang yang tidak mandi dan tidak menyuci bajunya. Sehingga bau busuk dari badannya itu menyebar ke seluruh penjuru bumi.” Sindir lulu pedas. Mendengar sindiran Lulu, Ani pun menoleh ke belakang.
“Hei! tutup mulutmu itu ya, setiap ke sekolah aku selalu mandi dan memakai seragam yang sudah dicuci bersih. Jadi jangan sembarangan menuduh dong!” tutur Ani dengan wajah yang merah seperti tomat.
“Memang kenyataannya kok, buktinya bajumu bau busuk.” balas Lulu dengan sedikit menaikkan alis sebelah kiri.
“Pokoknya bau busuk itu bukan berasal dari bajuku.” ujar Ani yang sepertinya mau menjatuhkan butiran-butiran kristal itu dari matanya.
“Ha… ha… ha, mana mungkin kamu mau mengaku.” ucap Lulu dengan nada yang agak sedikit mengejek.
“Terserah kamu deh, mau percaya padaku atau tidak. Dasar nenek sihir!” kata Ani sembari mengusap butiran-butiran kristal yang tak terasa telah membasahi pipinya.
Karena kejadian itu, Lulu dan Ani pun bertengkar.
“Teng… teng… teng…” bel tanda pulang sekolah pun berbunyi. Lulu pun segera pulang ke rumah dengan berjalan kaki.
Sesampai di rumah,  Lulu mengganti baju lalu makan siang dan tidur.
 Tak terasa hari sudah menunjukkan sore. Lulu pun segera bangun untuk mandi.
“Aku jahat sekali ya, sudah menuduh Ani sembarangan, padahalkan belum ada buktinya.” kata Lulu dalam hati sambil menyadari semua kesalahannya.
Hari telah menunjukkan pukul 19.00 Wib, waktunya untuk belajar. Lulu bergegas ke kamar dan menyusun jadwal pelajaran untuk esok hari. Saat baru membuka tasnya, Luli mencium bau yang tak sedap.
“Seperti bau busuk yang di sekolah tadi.” ungkap Lulu dalam hati.
Lulu mulai penasaran asal bau busuk itu. Setelah mengeluarkan seluruh isi tas, Lulu pun menemukan asal bau busuk itu. Ternyata bau busuk itu berasal dari topinya yang terkena bakwan basi pada minggu lalu. Lulu pun terdiam dan mulai berpikir, ternyata dia telah salah menuduh Ani, rupanya bau busuk itu berasal dari topinya sendiri.
Esok harinya Lulu berangkat ke sekolah seperti biasanya. Di sekolah Lulu melihat Ani sedang menyapu kelas. Lulu melemparkan senyuman pada Ani, namun Ani malah membuang muka. Ternyata Ani masih marah padanya. Lulu berusaha untuk meminta maaf pada Ani dengan cara mendekati Ani, namun Ani selalu saja pergi saat Lulu menghampirinya.
Sudah 5 hari Lulu berusaha untuk meminta maaf pada Ani, namun tak pernah berhasil. Hari demi hari Lulu lewati dengan rasa bersalah yang amat dalam. Akhirnya Lulu menemukan ide untuk meminta maaf pada Ani, yaitu dengan memberi Ani sepucuk surat dan coklat.
Selang sehari, akhirnya surat Lulu dibalas oleh Ani. Ani menerima permintaan maaf Lulu dengan syarat apabila Lulu tidak mengulangi kesalahan itu lagi, dan akhirnya mereka berdua pun kembali berteman dan malah semakin akrab saja setiap harinya.
 Keesokan harinya Lulu mengajak Ani untuk bermain di taman sambil menikmati indahnya sinar keemasan si kulit bundar, sang mentari.
“Ni, lihat deh indah banget ya sinar matahari itu. Aku sangat terpesona padanya.” ucap Lulu pada Ani
“Iya nih, aku juga sangat senang melihat sinar matahari pada sore hari.” jawabAni
“Lihat deh, disana ada pohon besar yang sangat indah. Ayo kita ukir nama kita pada batang pohon itu, agar persahabatan kita tidak pernah pudar dan tetap abadi.” kata Lulu sambil mengambil 2 buah paku yang berada di dekat mereka dibatang pohon yang ada disana.
“Ide kamu bagus juga.” jawab Ani setuju.
Nama mereka pun terukir indah di batang pohon itu.
Selesai mengukir, mereka berjalan-jalan di dekat sebuah kolam yang agak dalam. Entah mengapa, tiba-tiba Ani terperosok masuk ke dalam kolam itu.
“Tolong-tolong aku tenggelam.” teriak Ani keras sambil berusaha menjaga kepalanya agar tetap berada di atas permukaan air. Kemudian tanpa pikir panjang Lulu langsung masuk ke dalam kolam itu dan berusaha menolong Ani. Lulu mendorong badannya dengan sekuat tenaga agar ia bisa keluar dari kolam itu, namun Lulu tak menyadari perlahan-lahan tubuhnya terdorong masuk ke dalam lumpur yang lengket. Akhirnya Ani bisa keluar dari kolam itu, namun malah Lulu yang tak bisa menyelamatkan diri, karena tubuhnya telah terdorong masuk ke dalam lumpur.
Karena melihat keadaan Lulu yang sudah lemas dan hampir tenggelam, maka Ani memanggil orangtuanya, karena kebetulan rumahnya sangat dekat dari taman. Namun saat Ani dan orangtuanya tiba, kepala Lulu sudah tak kelihatan lagi di atas permukaan air. Lulu sudah tenggelam karena terjebak di lumpur yang dalam. Kemudian dengan sigap ayah Ani mencari Lulu  di dalam kolam. Akhirnya Lulu ketemu dan langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Setelah sadar, Lulu melihat papa, mama, Ani, om Dahlan (papa Ani), dan tante Nuri (mama Ani) berdiri memperhatikan Lulu yang berbaring diatas tempat tidur. Setelah melihat Lulu sudah sadar, Ani pun langsung berbicara kepadanya.
“Makasih ya atas pertolonganmu tadi” ungkap Ani sambil mengusap air mata yang telah membasahi pipinya yang imut itu.
“Iya sama-sama.” jawab Lulu sambil tersenyum simpul kepada Ani.
“Aku mau bertanya satu hal padamu. Mengapa sih kamu tadi rela mengorbankan nyawamu demi aku?” tanya Ani penasaran. Kemudian Lulu pun menjawab pertanyaan Ani dengan satu kalimat.
“Karena kita sahabat” jawab Lulu sambil tersenyum. Kemudian mereka berdua pun saling berpelukan dan meneteskan air mata haru.
The End